Saturday, December 21, 2013

Metode Pengujian Logam

Metode Pengujian Logam - Salah satu cara  untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, bisa dengan melakukan uji tarik, selain dengan cara melakukan uji tarik masih ada yang lainnya, yang terdiri dari empat macam uji coba yang biasa dilakukan, yaitu: uji torsi (torsion test), uji tarik(tensile test), uji tekan (compression test), dan uji geser (shear test). Kali ini yang  akan dibahas adalah tentang uji tarik.
mungkin uji tarik merupakan cara pengujian bahan yang sangat mendasar. Pengujian seperti ini begitu sederhana, cukup murah dan sudah mendapat standarisasi di seluruh negara, contohnya di Jepang dengan JIS 2241 dan di Amerika dengan ASTM E8. Metode ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana saja bahan tersebut bereaksi terhadap penarikan dan untuk mengetahui seberapa besarkah material akibat dari pertambahan panjang pada suatu material. Percobaan dengan uji tarik ini harus mempunyai kekakuan yang tinggi (highly stiff) Dan cengkeraman (grip) yang kuat. Alasan mengapa harus melakukan uji tarik karena dengan ini  kita dapat mengetahuinya dari hasil uji tarik. jika kita terus menarik suatu bahan (bahan yang di maksud adalah logam) sampai putus, kita akan memperoleh
profil dari tarikan yang komplit yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gambar 1. Kurva ini  menampilkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil gambar dibawah ini dibutuhkan sekali dalam perancangan yang menggunakan bahan tersebut.
 umumnya yang menjadi sorotan adalah kecakapan maksimal pada bahan tersebut dalam menahan beban. Kecakapan  ini seperti halnya disebut “Ultimate Tensile Strength” merupakan singkatan dari UTS, yang dalam bahasa Indonesianya dikatakan tarikan maksimum pada tegangannya.

Hukum Hooke (Hooke’s Law)
Mengatakan bahwa dari uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Dan terjadi hampir pada seluruh logam, pada langkah paling pertama. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
     rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress berarti beban yang dibagi dengan luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang yang dibagi dengan panjang awal bahan.
Stress:  σ = F/A           F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain:  ε  = ΔL/L        ΔL: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E = σ / ε
Untuk mempermudah penjelasan Gbr.1 kita ubah sedikitnya hubungan dari gaya antara tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara regangan dan tegangan (stress vs strain). Selanjutnya  kita peroleh Gbr.2, yang merupakan kurva standar saat melakukan percobaan uji tarik.  E adalah gradien kurva dalam daerah linier, yang mana perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama  “Modulus Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti terlihat pada gambar dibawah ini yang biasa disingkat dengan kurva SS (SS curve).


















Demikianlah pembahasan mengenai Metode Pengujian Logam dan akan terus di uptodate sesuai dengan kemajuan teknologi.

Categories: , ,

0 comments:

Post a Comment